AIR
Semua air
yang turun dari langit atau yang keluar dari dalam bumi, adalah suci dan
mensucikan. Ini didasarkan pada firman Allah subhanahu wa ta ‘ala :
وأ نز لنا من ا لسماء ماء طهورا
“ Dan
Kami menurunkan dari langit air yang amat suci. “ ( QS. Al Furqaan : 48 )
Dan sabda
Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam :
هو ا لطهور ماءه ا لحلّ ميتته
“ Ia (
laut itu ) suci airnya serta halal bangkainya. “ ( Shahih : Shahih Ibnu Majah no ;
309, Muwaththa’ Imam Malik hal 26 no 40, Sunan Abu Dawud 1: 152 no : 83, Sunan
Tirmidzi 1 : 47 no : 69, Sunan Ibnu Majah 1 : 136:386, dan Sunan Nasa’I 1 : 176
).
Berkata Al
Qurtubi : “ Air yang turun dari langit dan tersimpan di bumi itu suci, dapat
mensucikan, meskipun berbeda-beda warna,
rasa dan baunya. ( Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 13/29 )
JENIS-JENIS
AIR
Para ulama
berbeda pendapat tentang jenis-jenis air yang bisa digunakan untuk bersuci,
pendapat tersebut dengan izin Allah diringkas sebagai berikut :
Pertama :
1. Air yang suci
mensucikan
2. Air yang Najis
Dianut oleh Madzhad Zhahiriyah dan sekelompok ahli hadist dan dipilih
oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Kedua :
1. Air yang suci
mensucikan
2. Air yang Najis
3. Air yang suci
tidak mensucikan
Ini pendapat jumhur ulama.
Dari kedua pendapat ini yang insya Allah yang rajah adalah pendapat yang
pertama, yang dipegang oleh Syikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Tambih ( peringatan ) :
Air yang suci itu dapat digunakan untuk bersuci meskipun kemasukan atau
bercampur dengan benda yang suci selama masih melekat padanya nama air, belum
berganti dengan nama yang lain . Dan benda yang mencampurinya itu tidak
mendomonasi air tersebut. ( Majmu Fatawa 21/ 25, Al Muhalla ; 1/199, Al Mugni
1/22, Sailul Jarrar, 1/58 )
Hal ini didukung oleh beberapa hadits dibawah ini :
Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada sekelompoj wanita yang
akan memandikan putrinya, beliau bersabda :
ا غسلنها ثلا ثا أ و خمسا أو
أ كثر من ذ لك إن رأيتن بماء و سدر ,
وا
جعلن في ا للأ خرة كا فورا أو
شيئا من كا فو ر
“
Mandikanlah dia tiga kali, atau lima kali atau lebih dari itu kalau kamu
berpendapat begitu dengan air dan daun bidara. Dan pada kali yang terakhir
berilah kapur barus atau sedikit kapur barus. “ ( Fathul Bari III : 125 no :
1253 dan Shahih Muslim II: 646 no : 939 )
Abu Sa’id berkata :
قيل يا رسول ا لله أ نتوضأ من بئر بضا عة؟ و هي بئر يلقي فيها ا لحيض
ولحوم الكلاب والنتن. فقال : الماء طهورلاينجسه شيء.
“ Ada seorang sahabat yang bertanya Ya Rasulullah, bolehkah
kami berwudhu’ dengan ( air ) sumur budha’ah? Yaitu sebuah sumur yang darah
haidh, daging anjing, dan barang yang bau busuk dibuang ke dalamnya. “ Maka
jawab beliau sholallhu ‘alahi wa sallam, “ Air itu tidak bisa dinajiskan oleh
sesuatu apapun. “ ( HR. Abu Dawud no : 67, Tirmidzi : 66, An Nasa’I : 326,
Ahmad : III/11275, 11836 ) . Dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albani dalam
Kitab Shahih al Jami’ ash-Shaghir no. 1921.
Setelah kita melewati pembahasan diatas, maka yang tersisa
adalah pembahasan tentang air musta’mal.
AIR MUSTA’MAL
Yang dimaksudkan dengan air musta’mal adalah tetesan-tetesan
air yang jatuh dari Anggota badan sesorang jika dia menggunakan air, baik untu
mandi, berwudhu ataupun selainnya. Berkata syaikh Ibnu Utsaimin :
الامستعما : ان يمرالماء على العضو, ويتساقط منه, ولس الماء المستعمل
هو الذى يتساقط بعد الغشل فيه
“ Air musta’mal
adalah air yang telah dibasuh pada anggota badan kemudian berjatuhan/
bertetesan dari anggota badan tersebut dan bukan air yang telah diciduk atau
sisanya, bahkan air yang berjatuhan sesudah dipakaikan ke tubuh. “
Contoh :
Engkau mencuci wajahmu kemudian air yang berjatuhan dari
wajahmu itulah yang dimaksudkan dengan air musta’mal. ( Lihat Syarhul-Mumti’
1/31 )
HUKUM AIR MUSTA’MAL
Para ulama berkhilaf tentang suci atau tidaknya air
musta’mal. Yang rajih Insya Allah air musta’mal adalah suci mensucikan. Ini
pendapat jumhur ulama, kecuali berubah salah satu dari tiga sifatnya karena
kemasukan benda najis. Berdasarkan dalil-dalil sebagai berikut :
1.
Perbuatan para sahabat yang memanfaatkan air yang
berjatuhan dari air wudhu Nabi ( shahih Bukhari no : 187 )
2.
Nabi mandi janabah bersama istrinya dari satu bejana,
hadist Aisyah ( Shahih Bukhari no : 273, Muslim no : 321 )
3.
Sabda nabi kepada Abu Hurairah
إن الماءلاينجس
“ sesungguhnya air itu tidak najis “
( HR Bukhari no : 283, Muslim no : 371 )
Tambih ( peringatan ) :
Abu Hanifah dan muridnya, Abu Yusuf
menyelisihi pendapat jumhur ulama, mereka menyatakan bahwa air musta’mal adalah
najis ( Majmu Fatawa 1/204, Nailul Author 1/29-33 )
JUMHUR ULAMA BERSELISIH APAKAH AIR
MUSTA’MAL YANG SUCI ITU DAPAT DIGUNAKAN UNTUK BERSUCI ???
-
Kelompok pertama mengatakan air musta’mal suci
tapi tidak dapat mensucikan .
Diantara
yang berpendapat seperti ini adalah :
1. Ahmad dalam satu
riwayat
2. Syafi’y dan
Malik
3. Al Laist dan Al
Auza’I dan yang lainnya
-
Kelompok Kedua mengatakan Air Musta’mal yang suci dan
mensucikan.
Diantara
yang berpendapat seperti ini adalah :
1. Al – Hasan dan
Atho
2. An- Nakh’I dan
Al Auza’i
3. Makhul, Ahlu
Zhohir
4. Ahmad, Syafi’y
dan Malik
Dalam salah satu riwayat dari mereka, pendapat kelompok kedua
inilah yang rajah Insya Allah, berdasarkan hadist :
الماء طهورلاينجسه شيء
“ air itu suci, tidak ternajisi oleh sesuatu apapun “ (
Hadist Shahih yang diriwayatkan oleh : Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud dan lain-lain
), Lihat Al Mugni dan Naila Author.
أن رسول الله كان يغتسل بفضل ميمونة
“ bahwa Rasul Sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah mandi
janabah dengan sisa air mandi maimunah “ ( HR Muslim no : 323 dari Ibnu Abbas )
Tambih ( peringatan ) :
Berkata Ibnu Hazm : “ Bolehnya berwudhu dan mandi Junub
dengan air musta’mal dan kebolehannya disini adalah sama saja baik didapatkan
air lain yang bukan musta’mal maupun tidak didapatkan” ( Al Muhalla, 1/183 )
0 komentar:
Posting Komentar