Sabtu, 19 Mei 2012

THOHAROH


كتاب الطهارة
KUMPULAN BAB TENTANG THOHAROH
Pendahuluan.
Sebelum kita masuk dlm pembahasn ini insyaallah perlu kiranya sy memberikn beberp mukaddimah, mengingat ini adalh pembahasan fiqih. Dn tlh dimaklumi bg org yg mempelajari ilmu yg agung ini tdk tersamarkn baginya bhw ini adalh ilmu yg terbentang padanya ruang ijtihad,hingga qt akan mendaptkn sejumlah perbedaan pendapat dikalangn para mujtahid ( ulama ) yg qt kenal dgn istilah ikhilaf/khilafiyah. Bgmnkh sikap qt dlm menyikapai berbagia khilaf dikalangn para ulama itu, tentunya hal ini mengingatkn qt pd sebuah qaidah :”TDK SETIAP KHILAF ITU DI ANGGAP KECUALI KHILAF YG MMPUNYAI SISI PANDANG DARI DALIL”. Dgn demikian mk setiap khilaf yg tdk mmpunyai sisi pandang baik secara bahasa maupun secara nash tdk dpt dianggap. Unt itu perlu kiranya qt mengenal jenis2 khilaf.

JENIS – JENIS KHILAF انواع الخلاف  =
1 ) Khilaf Tanawu’ adalh : perbedaan pendpn dikalangn pera ulama yg masing – masing mmpunyai dasar hukum ( dalil ) yg sama2 kuat.Contoh : kita sering dptknkn disebagian msjd bhw ada sebagian kaum muslimin yg apabila bangkit dari ruku’ mrk brsedekap ( meletkkn tangan kanan diatas tangan kiri pd dada ). Adapula yg membiarkn kedua tanganya turun lurus ke bawah disamping kiri dn kanan tubuhnya. Dalam hal ini krn org yg tdk bersedekap sesudah ruku berpijak pd hadist : Apabila Rasul bangkit dr ruku’ beliau berdiri lurus sampai seleruh tulangnya kembali pd posisi semula/tempatnya.”(Hr Buhkari , 828).Mrk brkt yg dimaksudkn dgn brdr lurus…..dst…pd hadist ini adlh berdiri lurus sprt ttkl seseorg akan melakukn sholat yakni dgn kedua tangn berada disamping kedua sisi tubuhnya ykn kiri dn kanan tubuhnya dgn tegap lurus hingga tulang2 belakang menjadi lurus. Adapun kelompok yg bersedekap setelah ruku’ mrk berhujjah dgn hadist :”Kaum muslimin diperntahkn agar seseorg yg sholat meletakkn tangan kanannya diatas hasta tangan kirinya dlm shalat.”(Buhkori 740). mrk memahami maksud hadis ini bhw setiap kali dlm sholt saat berdiri adalh brsedekap,sebagaimana berdiri saat setelah takbir ratul ihram maupun ttkl bangkit dari ruku’
Catatan :
Dalam menghadapi perbedaan pendapat yg sprt ini hendaklah qt brlapang dada.krn masing - masing dari kedua pendapat ini mmpunyai dasar hukum. Tdk boleh saling salah - menyalahkn / sesat – menyesatkn.
2 ) Khilaf afham adalah : perbedaan pendapat dikalangn para ulama ttg sebuah dasar hukum dlm pengertian mrk berbeda dlm memahami nash atau dasar hukum tsb.Contoh : Tatkala seseorg yg dlm keadaan sholat jk turun sujut apakah dia dia harus meletakkn tangn terlebih dahulu ataukh lututnya..Mk dlm persoalan ini ada yg brpndpt meletakkn tangan terlebih dahulu ada juga yg brpendpt lututnya yg harus lebih dahulu.Dasar prbedaan ini ada pd hadist “Apabila salah seorg dari kalian turun sujud mk jgnlah dia duduk sprt duduknya unta tp hendaklah dia meletakkn tangannya dahulu sebelum lututnya.”(Dari Abu Hurairah,riwayat Bukhari dlm tarikhnya,Abu Daud : 840, An Nasa’I : 1091, Ad Darimi : 1321 dll).Mk ada diantara para ulama yg mengatakn hadist ini terbalik harusnya meletakkn lutut sebelum tangan.sebagaimana duduknya unta.Hal ini disebabkn krn mrk berselisih ttg mana yg disebut kaki dn mana yg disebut tangan bagi unta.Ingt para ulama yg hidup di jazirah arab yg berhari hari melihat unta saja mereka berselisih dlm menentukan bagian kaki dn tanga bagi unta. Ada sebagian para ulama yg mengamalkn hadist ini apa adanya yakni meletakkn tangan sebelum lutut tatkala turun sujud.
Catatan
Demikian dlm menghadapi perbedaan pendapat dikalangan  ulama dlm jenis ini,mk kita harus mempunyai sikap sprt menghadapi khilaf pd jenis pertama yakni harus berlapang dada.tdk boleh saling sesat – menyesatkn / salah – menyalahkn.krn masing2 pendapat berdiri pd satu dalil/dasar hokum hanya sj mrk brbeda dlm memahaminya.
PERINGATAN
Pada contoh khilaf yg pertama dn kedua ini sy tdk melakukan langkah tarjih/menguatkn salah satu pendapat krn disini bukan tempatnya.Disini sy hanya membawa contoh unt mendekatkn pemahaman pd pembahasan.
3 ) Khilaf tadhod adalah : perbedaan pendapat yg terjadi krn salah satu mempunyai dasar hukum dn yg lainnnya tdk mempunyai dasar hokum/klu mempunyai dsar hokum mk dasarny tsb jk berasal dr hadist mk hadist tsb tdk sampai pd derajat yg shohih’atau bias jadi dasar hokumnya benar ttp salah dlm sisi pendalilan.contoh : Ada sebagian kaum muslimin biasa mengkhususkn mmbca yasin pd malam jum’at dn sebagian kaum muslimin yg lainnya melarang hal tsb.Ternyata setelah diteliti dasar hokum yg dipakai oleh org2 yg melakukn perkara tsb hadist2 yg dijadikn dasar hokum terhadap pembenarn hal ini semuanya do’if.( untuk memahami hal ini lihat tulisan sy ttg memahami bid’ah bagian kedua )
Catatan
Dalam menghadapi jenis khilaf yg ketiga ini kita tdk bias berlapang dada,melainkan kita harus meninggalkan pendapat yg tdk punya dasar hukum unt kemudian mengambil pendapat yg mmpunyai dasar hukum. Pada jenis khilaf yg ketiga inilah terjadinya bid’ah.ini merupakan salah satu sumber terjadinya bid’ah.
Dengan demikian berakhirlah pendahuluan yg dpt sy sampaikan sebelum memasuki pembahasan inti kita.Berikut ini kita masuk dlm masalah yg menjadi target pembahasan kita.

Thoharoh secara bahasa adalah : bersih dn suci dari berbagai hadast.
Adapun thoharah menurt istilah adalah : menghilangkn hadast atau membersihkan najis.

باب المياه
JENIS – JENIS AIR
Setiap air yg turun dari langit atau keluar dari bumi adalah suci dn mensucikan.
“Dan kami telah menurunkn dari langit air yg suci.”(Al Furqon : 48)
Dan Nabi bersabda ttg lautan “Suci airnya dn halal bangkainya.”( Abu Daud 83, Tirmizdi 69, An Nasa’I 332, Ibnu Majah 386, Ahmad 7192, Ibnu Khuzaimah 111, Malik 43, dll )
Dn air itu tetap dlm kesuciannya meskipun bercampur dgn benda yg suci selama dia masi berada dlm kemutlakannya yakni masih air mutlak,namanya belum berubah menjadi air the, air kopi, air susu dan lain sebagainya.Artinya air yg masih dlm kemutlakannya adalah suci dn mensucikan,adapun jk telah keluar dr kemutlakannya menjadi air kopi, susu, dll yakni berubah dgn benda yg suci mk air tsb masih tetap suci namun tdk bias mensucikan.Dalil yg mengatakn bhw air meski bercampur dgn benda yg suci selama dia masih disebut air mutlak adalah suci dn mensucikan adalah tatkala Rasul memerintahkan unt memandikan jenazah salah seorg putrinya dgn air yg dicampur dgn bidara dn pd akhir cucian itu diperintahkn unt mencampur air itu dgn kaafur/kapur barus.(lihat sahih bukhori no 1253,1261, muslim no 939 ). Sisi pendalilannya disini adalah daun bidara dn kapur barus itu adalah benda suci yg dimasukan kedalam air yg digunakn unt memandikn jenazah padahal memandikn jenazah adalh termasuk mandi besar yg mmbutuhkn air yg suci dn mensucikn,namun rasul tetap memerinthkn unt mencampur air itu dgn benda2 tsb ini menunjukn bhw benda suci itu tdk mmpengaruhi air tsb. Ini adalah pendapat terkuat diantara dua pendapat para ulama. Dasar pijakan dari pendapat ini selain atsar diatas juga adalah hadist berikut ini
الماء طهور لا ينجسه شيء    Artanya : “Air itu suci dn mensucikan tdk ada sesuatupun yg bias menajisinya.”(Hr Abu Daud no 67, Tirmizdi no 66, An Nasa’I no 326 dari Abu Sa;id Al Khudri )
 Kemudian jk ditanyakan apa hukumnya air yg dimasuki benda yg suci kemudian merubah air tsb dari kemutlakannya,misal air yg dicampur dgn teh, susu, kopi, dan lainnya dari benda yg suci. Jawabnya air tsb tetap suci tetapi tdk dpt dipergunakan unt bersuci disebabkn dia telah berubah / keluar dari kemutlakn menjadi air the, air susu, air kaoi, dll. Dalam hall ini ada hadist dari Abu Umamah Al Bahiliy dgn dua lafadz tetapi hadist tsb do’if. Teks hadist tsb adalah sbb :
1 )  ان الماء طهور لاينجسه شيء الا ما غلب على ريحه و طعمه ولونه   Artinya : “Air itu suci dn mensucikan tdk ada sesuatupun yg bias menajisinya, kecuali terjadi perubahan pd bauh, rasa dn warnanya.”(Hr Ibnu Majah : 521, Daraquthni).Hadist ini dido’ifkn oleh imam Al Hatim dn yg lainnya krn dlm sanadnya trdpt Risydin bin sa’ad  dia seorg tabi’in, alhafizd Ibnu Hajar dlm talkhisul habir brkt Risydin bin Sa’ad adalh matrukul hadist (hadizsnya ditinggalkn),imam An Nawawi brkt ahli hadist sepakat atas kedo’ifannya,Ad Daraquthniy brkt hadist ini tdk kokoh ( lihat subulus salaam 1/20 – 21 )
2 )  الماء طهور الا ما تغير ريحه او طعمه او لونه بنجاسة تحدث فيه   Artinya : “Air itu asalnya suci dn mensucikan kecuali berubah bauh, rasa, dn warnanya disebabkan krn benda yg najis masuk padanya.”(Hr Al Baihaqiy 1/259 – 260) hadist ini dalam sanadnya(nara sumber)terdapat seorg rawi yg bernama Baqiyah bin Walid dia adalah seorg mudallis(org yg suka menyembunyikan cacat seorg rawi), bahkan tadlisnya sangat parah yakni tadlis tasywiyah.Dan perlu diketahui bhw dlm ilmu hadist jk seorg mudallis meriwayatkn sebuah hadist dgn lafadz ‘an(  ( عنmk riwayat tsb dianggap do’if,dan dlm riwayat ini Baqiyah mengambil hadist ini dari bapaknya dgn lafadz ‘an ( من طريق بقية بن ااولد عن ابه )sehingga hadist ini dinilai do’if oleh para ulama diantaranya Al ‘allamah Al Bani dlm silsilah Ad – Do’ifah no 2644.Dgn demikian mk tambahan dlm hadist Abu Umamah ini dari seluruh jalannya do’if, namun telah terjadi ijma ttg maknanya.
قال الصنعانى : فالاجماع هدا دليل على نجاسة ما تغيراحد اوصفه لاهده الزياده          
Berkata Imam Shon’ani : “Mk ijma’ ulama sebagai dalil bhw air yg berubah salah satu sifatnya krn kemasukan benda najis adalah berubah menjadi air yg najis,bukan krn tambahan ini(tambahn yg ad dlm riwayat Abu Umamah tsb).”

Artinya telah terjadi kesepakatn di antara para ulama bhw air yg suci apabila kemasukan benda yg najis dn benda najis tsb merubah salah satu sifat dari air itu tsb, mk air itu berubah menjadi air yg najis.Hingga ijma / kesepakatan para ulama inilah yg menjadi dalil /dasar hokum bagi kita bukan tambahan yg ada di hadist Abu Umamah tsb disebabkn krn hadist itu do’if dan kita tdk boleh menjadikn hadist do’if sebagai dasar hukum.Demikianlah hasil pembahasan saya dlm masalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua insyaallah.
Insyaallah kita akan melanjutkan pada pembahasan berikutnya dgn hokum menggunakan air panas unt bersuci….
Akhir kalam wallahu waliyut taufiq……


0 komentar:

Posting Komentar