Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling
dermawan, dan kondisi beliau paling dermawan adalah di bulan Ramadhan di
saat bertemu Jibril ‘Alaihis salam, di mana Jibril ‘alaihis salam
sering bertemu beliau pada setiap malam dari bulan Ramadhan, lalu Jibril
mengajarkannya al-Qur`an, dan sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah manusia paling (cepat) dermawan dengan kebaikan daripada
angin yang berhembus.” (Shahih al-Bukhari Ma’a al-Fath 1/30 nomor 6.
Shahih Muslim 4/1803.)
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah pernah sama sekali
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diminta suatu (harta) lalu
beliau berkata tidak.” (Muttafaq Alaih)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Tidaklah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dimintai sesuatu atas keislaman, melainkan beliau akan
memberikannya, sungguh seseorang telah datang kepada beliau, lalu
beliau memberikan kepadanya domba yang berada di antara dua gunung,
kemudian orang tersebut kembali kepada kaumnya seraya berkata, ‘Wahai
kaumku, masuklah kalian ke dalam Islam, karena Muhammad itu memberikan
pemberian kepada orang yang tidak takut akan kemiskinan’.” (HR. Muslim)
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, “Bahwasanya para sahabat menyembelih
seekor domba lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Adakah
sisa darinya?’ Aisyah berkata, ‘Tidaklah tersisa kecuali hanya pundaknya
saja,’ beliau bersabda, ‘Tersisa semuanya kecuali pundaknya’.” (HR.
Muslim).
Artinya, akan tersisa untuk kita di akhirat kelak, kecuali pundaknya saja.
Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dari Sahl bin Sa’d radhiallahu ‘anhu
berkata, “Seorang wanita telah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan membawa suatu pakaian, berupa mantel yang terukir pada
ujung-ujungnya, lalu wanita itu berkata, ‘Wahai Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, saya datang kepada anda untuk memberikan ini untuk
anda’, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambilnya, di
mana beliau memang sangat membutuhkannya hingga beliau memakainya,
kemudian mantel itu dilihat oleh seseorang dari para sahabat beliau,
seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, betapa
indahnya mantel tersebut, maka berikanlah mantel itu kepadaku?’ Beliau
berkata, ‘Ya’, dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
beranjak untuk memberikannya, para sahabat yang lain mencela orang
tersebut seraya berkata, ‘Engkau tidak bersikap baik ketika melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil mantel itu dari wanita
tadi karena membutuhkannya, lalu engkau memintanya padahal engkau tahu
bahwa tidaklah beliau itu dimintai sesuatu lalu beliau menolaknya’, dia
berkata, ‘Demi Allah, tidaklah ada faktor yang mendorong saya melakukan
itu melainkan karena saya berharap keberkahannya ketika telah dipakai
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan saya berharap agar
saya dikafani dengan mantel tersebut.
Dan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam melewati Bilal, sedangkan di sisinya ada setumpuk
gandum, lalu beliau bersabda, ‘Apa ini wahai Bilal?’ Dia menjawab, ‘Saya
menyiapkannya untuk tamu-tamumu’. Beliau bersabda, ‘Tidakkah engkau
takut bahwa engkau memiliki masakan di Neraka Jahanam? Infakkan wahai
Bilal dan janganlah engkau takut kemiskinan dari Dzat Yang memiliki
Arsy’.” (Dikeluarkan oleh al-Bazzar dengan isnad hasan, dan ath-Thabrani
dari Abu Hurairah yang semisal dengan isnad yang hasan.)
Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Dan janganlah engkau
takut kemiskinan dari Dzat Yang memiliki Arsy”, adalah merupakan bentuk
keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, berprasangka baik kepadaNya dan
bertawakal kepadaNya diiringi dengan melakukan sebab-sebabnya.
Dan dari Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Abu Dzar
radiallahu ‘anhu berkata kepadaku, ‘Wahai anak saudaraku, saya pernah
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan memegang tangan
beliau, lalu beliau bersabda kepadaku,
‘Wahai Abu Dzar, saya tidak suka memiliki emas dan perak sebesar gunung Uhud lalu saya infakkan di jalan Allah lalu saya meninggal pada saat ajalku dengan meninggalkan sedikit harta.’ Saya bertanya, ‘Bagaimana dengan harta yang banyak?’ Beliau bersabda, ‘Wahai Abu Dzar, saya memilih yang sedikit sedangkan engkau memilih yang lebih banyak, saya menghendaki akhirat sedangkan engkau menghendaki dunia, cukuplah bagimu harta sedikit saja’, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengulanginya sebanyak tiga kali kepadaku’.”( Dikeluarkan oleh ath-Thabrani semisalnya, dan al-Bazzar, serta al-Haitsami berkata, “Isnad al-Bazzar hasan.”)
‘Wahai Abu Dzar, saya tidak suka memiliki emas dan perak sebesar gunung Uhud lalu saya infakkan di jalan Allah lalu saya meninggal pada saat ajalku dengan meninggalkan sedikit harta.’ Saya bertanya, ‘Bagaimana dengan harta yang banyak?’ Beliau bersabda, ‘Wahai Abu Dzar, saya memilih yang sedikit sedangkan engkau memilih yang lebih banyak, saya menghendaki akhirat sedangkan engkau menghendaki dunia, cukuplah bagimu harta sedikit saja’, lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengulanginya sebanyak tiga kali kepadaku’.”( Dikeluarkan oleh ath-Thabrani semisalnya, dan al-Bazzar, serta al-Haitsami berkata, “Isnad al-Bazzar hasan.”)
Sumber: Buku “Keajaiban Sedekah dan Istighfar”, Hasan bin Ahmad bin Hasan Hammam, Pustaka Darul Haq
0 komentar:
Posting Komentar